Dari Pascatambang Jadi Kandang Ayam: Kutim Dorong Kemandirian Pangan

diadmin
374 Views
3 Min Read

Fasilitas bekas tambang kini disulap menjadi kandang kolektif ayam pullet. Inisiatif lintas sektor ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warga Sangatta.

SANGATTA — Upaya memperkuat ketahanan pangan di Kutai Timur (Kutim) kini menyentuh sektor peternakan unggas. Sejumlah warga di Kecamatan Sangatta memulai program budidaya ayam pullet atau ayam betina muda yang siap bertelur. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara warga, pemerintah daerah, dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Langkah ini dinilai strategis karena kebutuhan telur di Kutim terus meningkat setiap tahun. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim, Dyah Ratnaningrum, menyebut sekitar 70 persen pasokan telur masih bergantung pada daerah lain seperti Samarinda dan Bontang.

“Kebutuhan telur di Kutim mencapai 80 ribu butir per bulan. Peternak lokal baru mampu memenuhi sekitar 30 persen. Melalui program ayam pullet, kami ingin mengurangi ketergantungan itu secara bertahap,” ujar Dyah.

Program ini tidak hanya menyediakan bibit ayam dan pelatihan teknis, tetapi juga memanfaatkan fasilitas pascatambang milik KPC yang diubah menjadi kandang kolektif. Selain itu, dibangun pula Mini Feedmill atau pabrik pakan ternak skala kecil untuk menekan biaya produksi, yang selama ini didominasi oleh pengeluaran pakan hingga 80 persen.

“Jika pakan bisa diproduksi sendiri, biaya operasional akan lebih efisien. Kami juga menjajaki kerja sama dengan Polres Kutim yang memiliki program penanaman jagung sebagai bahan baku pakan,” tambah Dyah.

Superintendent Conservation Agribusiness Development KPC, Nugroho Dewanto, menjelaskan, inisiatif ini merupakan bagian dari program transformasi ekonomi masyarakat berbasis lingkungan berkelanjutan.

“Budidaya ayam pullet ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Produksi telur lokal akan memperkuat kemandirian pangan Kutim,” ujar Nugroho.

Ia menambahkan, sistem pemasaran kolektif akan dikembangkan agar rantai distribusi telur lebih efisien dan harga jual tetap stabil di tingkat peternak maupun konsumen.

Program ini juga melibatkan pelatihan manajemen usaha kecil agar masyarakat mampu mengelola peternakan secara mandiri. Skema pemberdayaan berbasis rumah tangga ini diharapkan memperkuat ekonomi warga serta memperluas jejaring antarpeternak di wilayah Sangatta.

Jika berhasil, model budidaya ini akan diperluas ke kecamatan lain di Kutim. Pemerintah daerah menilai, pendekatan semacam ini menjadi salah satu cara efektif untuk memperkuat fondasi ketahanan pangan dari tingkat desa.

Melalui kolaborasi lintas sektor, Sangatta diharapkan menjadi contoh pengembangan ekonomi lokal yang berpijak pada kemandirian pangan. Sebuah langkah kecil, namun bermakna dalam upaya membangun ketahanan pangan yang berdaulat. (ADV/ProkopimKutim/D)

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *