SANGATTA – Di balik semangat pemerintah membangun Koperasi Merah Putih sebagai wadah ekonomi rakyat, tersimpan harapan besar agar semangat gotong royong benar-benar hidup di tengah masyarakat.
Harapan itu pula yang disampaikan anggota DPRD Kutai Timur (Kutim), Akhmad Sulaeman, yang menilai keberhasilan koperasi tidak hanya bergantung pada modal dan struktur organisasi, tetapi terutama pada jiwa sosial para pengelolanya.
Menurutnya, program Koperasi Merah Putih saat ini masih dalam tahap awal dan belum menjalankan kegiatan operasional. “Nah ini pasti karena kita ini belum berjalan, baru dibentuk tapi belum ada kegiatan yang terlaksana. Jadi mungkin hambatannya belum terlihat jelas. Tapi kalau di daerah perkotaan mungkin lebih siap karena SDM-nya maju,” ujarnya.
Namun, politisi kelahiran 12 Januari 1970 ini menilai tantangan sesungguhnya justru akan terasa di wilayah pedesaan, di mana kesenjangan kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan utama. “Namanya koperasi itu membutuhkan orang-orang yang memiliki jiwa sosial,” tegas Akhmad.
Ia menjelaskan, kemampuan teknis memang penting, tetapi tanpa rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, koperasi sulit berkembang. Nilai-nilai seperti gotong royong, kejujuran, dan solidaritas dinilai menjadi fondasi utama agar koperasi mampu tumbuh secara berkelanjutan. “
Kalau jiwa sosial itu lemah, koperasi sulit berkembang, meskipun strukturnya bagus dan modalnya ada,” tambahnya.
Karena itu, Akhmad mendorong agar pembinaan koperasi di Kutai Timur tidak hanya fokus pada pelatihan teknis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan mental pengelolanya. Ia percaya, banyak pengelola di daerah sebenarnya memiliki modal sosial besar, seperti hubungan kekeluargaan yang kuat dan semangat gotong royong, hanya saja perlu pendampingan agar lebih terarah.
“Kalau dua hal itu bisa berjalan seimbang, koperasi di Kutim bisa jadi motor ekonomi rakyat yang benar-benar berpihak pada masyarakat kecil,” pungkas politisi Partai Demokrat ini. (ADV)
