SANGATTA – Di era ketika arus digital, media sosial, dan tekanan lingkungan semakin kuat memengaruhi remaja, Gereja Toraja Jemaat Elim Sangatta mengambil langkah strategis untuk memperkuat pembinaan iman dan karakter generasi mudanya. Melalui kegiatan Bina Sambut yang berlangsung di Pantai Teluk Lombok, sebanyak 60 remaja PPGT (Persekutuan Pemuda Gereja Toraja) ditempa dalam suasana alam terbuka untuk memahami jati diri, iman, dan panggilan mereka sebagai pemuda gereja.
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Majelis Jemaat Elim Sangatta, Pendeta Yohanis Sabang. Ia menekankan bahwa pembinaan remaja gereja bukan sekadar tradisi peralihan dari Sekolah Minggu ke PPGT, tetapi merupakan mandat penting dalam membentuk generasi gereja yang kuat menghadapi tantangan masa kini.
“Remaja adalah tulang punggung gereja masa depan. Mereka harus mengenal diri, memiliki karakter Kristiani, dan mampu menolak arus negatif dunia,” ujarnya.
Selama dua hari, peserta menerima rangkaian materi yang mencakup spiritualitas, psikologi perkembangan remaja, serta penguatan organisasi PPGT. Salah satu sesi inti dibawakan oleh Yuliana Kalalembang, Pengurus Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) Klasis Kutai Timur sekaligus Kabid Keperawatan RSUD Kudungga.
Materi berjudul “Mengenal Diri dan Karakter Remaja” itu membahas dinamika usia remaja yang sarat pencarian identitas, perubahan fisik, tekanan sosial, hingga risiko krisis mental. Yuliana menggambarkan beragam tantangan yang dialami remaja modern, mulai dari perundungan hingga kecanduan gawai.
“Remaja harus belajar mengenali dirinya terlebih dahulu sebelum mampu berkontribusi bagi masyarakat. Jangan biarkan mereka tumbuh tanpa arah. Gereja harus hadir, mendampingi,” tegasnya.
Selain pembekalan materi, kegiatan juga diisi dengan ibadah reflektif, permainan kelompok, dan sesi penguatan nilai-nilai Kristiani seperti kasih, kesabaran, pengampunan, dan kerendahan hati.
Panitia menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah mempersiapkan remaja memasuki komunitas PPGT dengan pemahaman diri, iman yang teguh, dan kesadaran untuk terlibat aktif dalam pelayanan.
Di Teluk Lombok, pembinaan itu bukan sekadar kegiatan luar ruang. Ia menjadi tempat menempa ketangguhan, membangun karakter, dan menanamkan harapan bahwa remaja gereja Toraja siap menghadapi dunia modern tanpa kehilangan jati diri dan iman.* (ADV/ProkopimKutim/D)