SANGATTA – Kehadiran Koperasi Merah Putih bukan untuk menakut-nakuti koperasi yang sudah ada, melainkan untuk membuka peluang baru. Bagi koperasi desa yang telah lama berdiri, ini menjadi momentum untuk berinovasi, mengevaluasi diri, dan mencari cara baru agar tetap bermanfaat bagi anggotanya.
Pesan ini disampaikan oleh Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim), Akhmad Sulaeman. “Buat koperasi-koperasi yang lain, terutama yang di luar Koperasi Merah Putih, tentu saja harus berbenah. Yang pertama mereka juga harus inovatif dan jangan merasa tersaingi,” ujarnya.
Menurut Sulaeman, pemerintah telah mempertimbangkan dampak pendirian Koperasi Merah Putih terhadap ekosistem koperasi yang ada. Keputusan ini diduga melalui kajian matang agar koperasi baru dapat berdiri seiringan dengan koperasi desa yang telah mapan.
“Karena pemerintah mendirikan Koperasi Merah Putih ini tentu sudah memikirkan bagaimana dengan koperasi-koperasi yang ada di desa. Tinggal cara mereka sendiri mencari celah usaha yang bisa dimaksimalkan untuk anggotanya,” lanjut Sulaeman.
Koperasi Merah Putih merupakan program nasional yang diinisiasi untuk menghidupkan dan memperkuat ekonomi desa. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025, pemerintah menargetkan pembangunan 80.081 koperasi di seluruh Indonesia. Strateginya meliputi pendirian koperasi baru di desa yang belum memiliki koperasi, pengembangan koperasi yang sudah ada seperti KUD, serta revitalisasi koperasi mati suri. Data menunjukkan bahwa pada periode 2019-2024, sebanyak 82.000 koperasi dibubarkan karena tidak aktif.
Sulaeman menekankan bahwa koperasi lama tetap memiliki peluang besar jika mampu mengidentifikasi ceruk pasar dan potensi lokal yang unik. Dengan fokus pada keunggulan spesifik dan pelayanan prima kepada anggota, setiap koperasi dapat menemukan posisi strategisnya untuk memperkuat perekonomian desa.
“Kuncinya adalah inovasi dan adaptasi. Koperasi yang gesit akan selalu menemukan cara untuk tetap relevan dan memberi manfaat bagi anggotanya,” pungkasnya. (ADV)
