
Kutai Timur – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Kutai Timur (Kutim) tahun ini diwarnai semangat pelestarian budaya. Pemerintah daerah menjadikannya ajang kreativitas dengan menggelar tiga lomba bernuansa kearifan lokal sekaligus, yakni Lomba Cipta Lagu Daerah, Seni Tutur Jenaka “Ngelaboh”, dan Cipta Motif Batik Kutim.
Ketua Panitia HUT ke-26 Kutim, Trisno, mengatakan seluruh kegiatan itu merupakan bagian dari komitmen Pemkab untuk menggali potensi seni, memperkuat identitas daerah, sekaligus memupuk rasa bangga masyarakat terhadap budaya sendiri.
“Kami ingin peringatan HUT Kutim bukan hanya pesta, tapi wadah berekspresi. Melalui musik, seni tutur, dan batik, masyarakat bisa menunjukkan bahwa kreativitas lokal Kutim tidak kalah dengan daerah lain,” ujar Trisno.
Ketiga lomba itu mengusung tema besar “Kutai Timur Tangguh, Mandiri, dan Berdaya Saing.” Tema tersebut menjadi benang merah yang diinterpretasikan dalam berbagai bentuk karya, mulai dari nada dan lirik, cerita jenaka, hingga goresan motif kain batik.
Untuk Lomba Cipta Lagu Daerah, peserta diwajibkan menggunakan bahasa Kutai atau Dayak dengan lirik yang memuat nilai-nilai budaya, alam, dan semangat pembangunan daerah. Lagu orisinal berdurasi maksimal lima menit dikirim ke email panitia kutimtapem@gmail.com paling lambat 17 Oktober 2025 pukul 22.00 Wita. Karya terbaik akan ditetapkan sebagai lagu resmi HUT Kutim ke-26 dan ditampilkan dalam acara puncak di Gedung Serbaguna Bukit Pelangi, Sangatta.
Sementara itu, lomba Seni Tutur Jenaka “Ngelaboh” menghadirkan tradisi tutur khas Kutai Hulu yang dikemas seperti stand-up comedy dengan pesan moral dan kritik sosial yang cerdas. Materi disampaikan dalam bahasa Kutai atau bahasa sub-suku Kutai dan berdurasi maksimal lima menit.
“Ngelaboh itu bukan sekadar lucu-lucuan. Di situ ada refleksi, kritik yang santun, dan kearifan lokal. Kami ingin menghidupkan kembali cara masyarakat Kutai dulu menyampaikan pesan lewat humor,” jelas Trisno.
Adapun Lomba Cipta Motif Batik Kutai Timur menantang perajin, desainer, dan pelajar untuk menciptakan motif batik yang menggambarkan karakter daerah. Motif pemenang akan dijadikan Motif Batik Resmi Kutai Timur 2025 dan diprioritaskan untuk dipatenkan oleh Pemkab.
Trisno menambahkan, seluruh lomba ini juga menjadi sarana pengembangan ekonomi kreatif. “Dari musik, seni tutur, sampai batik, semua punya potensi ekonomi kalau digarap serius. Inilah semangat ‘Kutim Tangguh dan Mandiri’ yang ingin kami tunjukkan,” katanya.
Pendaftaran seluruh lomba dibuka sejak 6 Oktober hingga 17 Oktober 2025, dengan pengumuman pemenang pada 23 Oktober dan penyerahan hadiah saat acara puncak HUT Kutim ke-26 tanggal 26 Oktober 2025.
Lomba lagu daerah dan batik masing-masing tatal hadiahnya Rp21 juta, sementara lomba Ngelaboh menyediakan total hadiah Rp14 juta. Karya terbaik dari setiap kategori akan dipublikasikan lewat akun resmi HUT Kutim di media sosial.
“Kami berharap kegiatan ini bisa melahirkan seniman, desainer, dan pelaku budaya baru dari Kutai Timur. Budaya lokal adalah identitas kita, dan sudah saatnya Kutim punya warna khas di tingkat nasional,” pungkas Trisno. (ADV)