
Kutai Timur — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur terus memperkuat upaya menekan angka stunting dengan menyasar kelompok pasangan usia subur (PUS) 4T, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu banyak anak. Program ini dijalankan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB)
Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi, menjelaskan bahwa keempat kondisi tersebut memiliki risiko tinggi terhadap tumbuh kembang anak dan kesejahteraan keluarga. “Kalau jarak kelahiran terlalu dekat, anak bisa tidak terurus, begitu juga kalau usia terlalu muda atau terlalu tua saat hamil, risikonya besar bagi kesehatan ibu dan bayi,” ujarnya.
Edukasi dilakukan secara berkelanjutan oleh Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan tim pendamping keluarga (TPK) di setiap wilayah. Mereka bertugas memberikan penyuluhan tentang pentingnya menggunakan KB modern agar keluarga dapat merencanakan kelahiran dengan aman. “Kalau masih menggunakan KB tradisional, risikonya lebih tinggi. Karena itu, kita dorong masyarakat beralih ke KB modern,” tegasnya.
Selain faktor usia dan jarak kelahiran, DPPKB juga menyoroti masalah sanitasi dan lingkungan yang tidak layak sebagai penyebab tingginya risiko stunting. Banyak keluarga yang belum memiliki akses air bersih dan jamban sehat. Untuk itu, DPPKB berkolaborasi dengan program Seribu Rumah Layak Huni milik Pemkab Kutim agar keluarga berisiko dapat segera dibantu.
Menurut Junaidi, keberhasilan menurunkan angka stunting tidak bisa dicapai oleh satu instansi saja, tetapi melalui kolaborasi lintas sektor, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan, dan perangkat desa. “Kita ingin menekan angka stunting dari hulu, bukan hanya menunggu dampaknya di hilir,” pungkasnya. (ADV)