
Kutai Timur – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim) kini menggarap dua program krusial yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, yakni pemberdayaan kelompok lanjut usia (lansia) dan percepatan penurunan angka keluarga berisiko stunting.
Hal tersebut disampaikan Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi, usai menghadiri Rapat Paripurna Peringatan HUT ke-26 Kutim di Ruang Sidang Utama DPRD, Kamis.
Menurut Junaidi, program Sekolah Lansia menjadi terobosan penting untuk memberdayakan kelompok usia 40 tahun ke atas agar tetap produktif, bahagia, dan mandiri. “Penduduk yang berkualitas itu tidak boleh menganggur atau stres. Sekolah Lansia dirancang agar para lansia tetap aktif, bangga, dan bahagia di usia mereka,” jelasnya.
Program ini berlangsung selama setahun, diisi kegiatan seperti senam, kesenian, hingga pelatihan keterampilan, dan diakhiri dengan proses wisuda. Pelaksanaannya merupakan hasil kolaborasi dengan Dinas Pendidikan, melalui lembaga non-formal seperti PKBM dan lembaga kursus. Para guru dan pamong berperan sebagai pelatih, bahkan memanfaatkan fasilitas laboratorium untuk mendukung pembelajaran keterampilan praktis.
Sementara itu, di sisi lain, DPPKB Kutim juga fokus menurunkan angka keluarga berisiko stunting dari 19.000 menjadi 11.000 keluarga sesuai target Peraturan Bupati. Saat ini, prevalensi stunting di Kutim masih berada di angka 26 persen, dan ditargetkan turun hingga 24 persen atau lebih rendah. Dua kecamatan dengan angka tertinggi ialah Sangatta Utara dan Bengalon.
Upaya percepatan dilakukan dengan menganalisis data Keluarga Berisiko Stunting (KRS) berdasarkan faktor “4T”: Terlalu Dekat, Terlalu Muda, Terlalu Banyak, dan Terlalu Tua. DPPKB juga mendorong masyarakat beralih dari KB tradisional ke KB modern melalui edukasi tim pendamping keluarga.
Selain itu, Junaidi menegaskan pentingnya kolaborasi lintas perangkat daerah. Program 1.000 Rumah Layak Huni (RLH) dengan sanitasi memadai serta dukungan PDAM yang menyediakan air bersih gratis bagi keluarga kurang mampu menjadi bagian integral dari upaya menekan risiko stunting di Kutim. (ADV)