SANGATTA – Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kutai Timur menorehkan prestasi penting setelah dinyatakan meraih Akreditasi Utama dari Kementerian Kesehatan RI melalui LASKESI. Pengakuan ini mengukuhkan bahwa standar layanan, manajemen, dan kualitas operasional Labkesda Kutim telah memenuhi kriteria nasional.
Namun di balik pencapaian itu, Kepala UPT Labkesda Kutim, Gregorius Gebo, mengingatkan bahwa akreditasi bukan garis akhir. Tantangan besar masih menanti, terutama terkait keterbatasan tenaga analis laboratorium yang berpotensi menghambat optimalisasi layanan.
“Kami sangat bersyukur atas pencapaian ini. Tapi akreditasi akan lebih bermakna jika masyarakat dan perusahaan melihat Labkesda sebagai laboratorium rujukan utama,” ujar Gregorius.
Saat ini Labkesda hanya diperkuat empat analis, padahal kebutuhan ideal mencapai 16 orang. Kondisi itu membuat beban kerja tinggi dan berisiko memengaruhi ketepatan waktu pelayanan.
“Kami sudah beberapa kali mengajukan formasi tambahan ke Dinas Kesehatan dan BKPSDM. Tapi belum ada realisasi. Padahal ini sangat mendesak untuk menunjang operasional dan menjaga kualitas layanan,” ungkapnya.
Labkesda juga memiliki pengalaman penting saat pandemi COVID-19. Mereka menjadi garda depan pemeriksaan PCR dan penanganan diagnostik cepat di Kutim, menunjukkan bahwa laboratorium yang kuat merupakan bagian strategis dari kesiapsiagaan daerah.
Gregorius juga mengeluhkan akses jalan menuju lokasi Labkesda yang kerap rusak saat musim hujan. “Saat hujan, jalan menuju Labkesda licin dan berlumpur. Ini menyulitkan masyarakat yang ingin berobat atau memeriksakan diri,” katanya.
Meski demikian, ia optimistis akreditasi Utama membuka jalan bagi peningkatan kualitas layanan sekaligus penguatan struktur Labkesda ke depan.
“Labkesda bukan hanya hadir saat situasi damai, tapi juga menjadi garda terdepan saat kondisi genting. Sudah saatnya kita semua memandangnya sebagai investasi penting untuk masa depan Kutai Timur,” pungkasnya.* (ADV/ProkopimKutim/D)
