
Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo Staper) menegaskan fokus utamanya tahun ini adalah memperkuat jaringan internet di fasilitas vital masyarakat, terutama sekolah dan puskesmas.
Langkah ini menjadi prioritas karena kedua sektor tersebut dinilai paling krusial bagi pelayanan publik dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah. “Kita fokus dulu pada titik-titik prioritas, seperti kantor desa, sekolah, puskesmas, dan UPT. Tujuannya agar layanan administrasi dan pelayanan publik tidak terganggu,” jelas Kepala Diskominfo Staper Kutim, Ronny Bonar Hamonangan Siburian.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya telah mulai menata pemasangan jaringan di sejumlah fasilitas publik sambil berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk memperkuat dukungan jaringan di wilayah pedesaan. “Kami berbagi tugas, provinsi bisa membantu titik-titik di area publik, sementara kami fokus pada sarana administrasi di tingkat desa,” jelas Ronny.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya terus berupaya mencari solusi efektif dengan memanfaatkan anggaran yang ada secara efisien. Ia menilai, meminimalisir blank spot di Kutim bukan pekerjaan mudah mengingat wilayahnya yang luas dan sebaran penduduk yang tidak merata. Kondisi itu membuat sebagian besar penyedia layanan internet enggan membuka jaringan di daerah terpencil.
Selain itu, Ronny menyebut keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam memperluas jaringan internet. Menurutnya, pemerataan jaringan di seluruh wilayah Kutim membutuhkan biaya yang sangat besar. “Kalau bicara kebutuhan, bisa sampai ratusan miliar, bahkan triliunan. Maka kita realistis, bagaimana anggaran yang minimalis bisa menghasilkan capaian maksimal,” tegasnya.
Sebagai solusi, Diskominfo membuka peluang kerja sama dengan pihak swasta dan penyedia layanan internet (provider) untuk memperkuat jaringan di titik-titik strategis. Salah satunya dengan rencana pemasangan penguat sinyal di kawasan pasar dan pusat keramaian, agar manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat.
Ronny mengungkapkan, di lapangan masih muncul persoalan lain terkait penggunaan jaringan. Menurutnya, kuota internet di sejumlah fasilitas publik sering cepat habis karena digunakan warga untuk hiburan, seperti menonton YouTube. “Kadang malam dipakai nonton YouTube, besoknya koneksi jadi lemot. Padahal yang utama kan untuk administrasi dan pelayanan publik,” urainya.
Untuk mengantisipasi hal itu, Diskominfo Kutim menyiapkan skema penggunaan internet berbasis kuota atau kecepatan agar lebih efisien dan tepat sasaran. (ADV)