
SANGATTA – Pemangkasan anggaran tak menyurutkan langkah Dinas Kebudayaan Kutai Timur (Kutim) untuk tetap menjaga denyut kegiatan budaya daerah. Meski kebijakan efisiensi berdampak pada pembatalan sejumlah festival dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Kutim ke-25, dinas ini memilih beradaptasi dengan memprioritaskan pelestarian dan keberlanjutan kegiatan budaya utama.
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kutim, Fadliansyah Budi, mengakui sektor kebudayaan turut terdampak kebijakan efisiensi yang berlaku bagi seluruh perangkat daerah. “Memang terkait efisiensi semua dinas terkena, ya Alhamdulillah juga di bidang kebudayaan juga kena,” ujarnya di sela upacara peringatan HUT Kutim.
Dampak pemangkasan tersebut membuat beberapa agenda tahunan harus dibatalkan. “Tadinya seharusnya festival kita seperti tahun-tahun kemarin semestinya ada, tapi kan efisiensi jadi tidak diadakan,” jelasnya.
Meski begitu, Dinas Kebudayaan tetap mampu mempertahankan empat kegiatan seni budaya yang dianggap penting. “Jadi yang tersisa kami kemarin hanya ada empat event seni budaya. Event adat yang sudah dilaksanakan tiga, kemudian satu lagi masih menyusul,” tambahnya.
Salah satu yang masih bisa digelar adalah festival ikonik Kutim, Magic Land. “Di anggaran perubahan ini Alhamdulillah kami bisa tetap mengadakan festival rutin kita yaitu Magic Land,” ujarnya. Namun, pelaksanaannya harus dijadwalkan ulang. “Karena anggarannya belum bergetuk, maka kita mundur saja, tidak apa-apa di bulan depan, yang penting tetap terlaksana,” pungkas Fadliansyah.
Kebijakan adaptif ini menjadi bukti komitmen Dinas Kebudayaan Kutim untuk terus menjaga semangat pelestarian budaya lokal di tengah keterbatasan. Dengan strategi prioritas yang terukur, kegiatan budaya di Kutim diharapkan tetap hidup dan menjadi bagian penting dalam identitas masyarakat daerah. (ADV)