Kutai Timur — Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas hidup warganya. Salah satu program terbaru yang segera dijalankan adalah Sekolah Lansia dengan metode jemput bola, sebagai wadah belajar dan berkarya bagi masyarakat lanjut usia.
Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi, menjelaskan program ini tidak akan membentuk lembaga baru, melainkan bekerja sama dengan satuan pendidikan nonformal yang sudah ada, seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP).
“Sekolah lansia akan menempel di SKB Kutai Timur. Dinas Pendidikan akan bersinergi melalui satuan pendidikan nonformal. Jadi tidak mendirikan sekolah baru,” jelas Junaidi.
Menariknya, peserta sekolah lansia tidak dibatasi secara ketat. Warga usia 40 tahun ke atas sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dan pelatihan keterampilan. SKB Kutim dinilai paling siap karena memiliki lima laboratorium — mulai dari musik, pastry & bakery, hingga membatik — yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemberdayaan lansia.
Selain fokus pada program lansia, DPPKB Kutim juga mencatat kemajuan signifikan dalam penanganan stunting. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Kutim menurun dari 29 persen menjadi sekitar 26 persen. Jumlah keluarga berisiko stunting juga turun drastis dari 19 ribu menjadi sekitar 11 ribu keluarga, dengan Sangatta Utara tercatat sebagai wilayah dengan kasus tertinggi.
Melalui pendekatan dari hulu, DPPKB menggencarkan edukasi bagi pasangan usia subur (PUS) 4T — terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu banyak anak — serta bersinergi dengan program Seribu Rumah Layak Huni untuk memastikan keluarga berisiko mendapatkan akses sanitasi, air bersih, dan rumah sehat. (ADV)
