SANGATTA — Pemerintah Kabupaten Kutai Timur kembali menempatkan pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas utama. Melalui Program Beasiswa Kutai Timur 2025, Pemkab mengalokasikan dana Rp23 miliar untuk mendukung akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa asal Kutim. Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat kompetensi generasi muda agar mampu menjawab kebutuhan tenaga terampil di berbagai sektor pembangunan daerah.
Pelaksana Tugas Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabupaten Kutim, Nurcholis, mengatakan beasiswa tersebut menjadi instrumen strategis untuk mempercepat peningkatan kualitas SDM. Menurut dia, investasi pada pendidikan tinggi menjadi fondasi penting agar Kutim memiliki sumber daya yang siap bersaing dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi, pelayanan publik, serta penguatan institusi daerah.
“Beasiswa Kutim dengan total anggaran Rp23 miliar ini adalah bentuk perhatian pemerintah terhadap masa depan anak-anak daerah. Harapannya, mereka mampu tumbuh sebagai generasi yang unggul dan memiliki daya saing,” ujar Nurcholis.
Program ini bersumber dari Anggaran Pendapatn dan Belanja Kutim 2025 dan diberikan bagi mahasiswa yang berdomisili di Kutim minimal enam bulan. Skema tidak hanya menyasar mahasiswa yang kuliah di Kalimantan Timur, tetapi juga mahasiswa Kutim yang melanjutkan pendidikan di luar daerah. Pendekatan ini memastikan bahwa bantuan menjangkau kelompok mahasiswa secara lebih merata.
Dijelaskan Nurcholos, Beasiswa Kutim 2025 terbagi dalam tiga skema. Pertama, Beasiswa Tuntas yang membiayai kebutuhan kuliah hingga mahasiswa menyelesaikan studi. Kedua, Beasiswa Stimulan untuk meringankan beban mahasiswa dari keluarga berpendapatan terbatas. Ketiga, Beasiswa Kerja Sama yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengikuti program pendidikan berbasis kolaborasi antara Pemkab dan perguruan tinggi.
“Setiap kategori memiliki tujuan berbeda. Beasiswa Tuntas mendukung mahasiswa hingga lulus. Beasiswa Stimulan membantu mereka yang menghadapi keterbatasan ekonomi. Sementara Beasiswa Kerja Sama memberikan ruang bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan melalui kemitraan pemerintah dan kampus,” beber Nurcholis.
Tidak adanya pembatasan jumlah penerima menjadi salah satu keunggulan program ini. Selama mahasiswa memenuhi persyaratan akademik dan administratif, mereka berpeluang memperoleh dukungan selama alokasi anggaran mencukupi.
“Kami tidak menetapkan kuota. Jika syarat terpenuhi dan dana tersedia, beasiswa tetap diberikan,” tegasnya.
Pemkab Kutim mencatat, sejak program berjalan, puluhan penerima beasiswa telah kembali dan bekerja di berbagai sektor strategis. Mereka berkontribusi sebagai tenaga pengajar, tenaga kesehatan, hingga aparatur pemerintah daerah.
Nurcholis berharap beasiswa ini mendorong mahasiswa Kutim untuk menyelesaikan pendidikan dengan kualitas baik dan kembali membangun daerah. (ADV/ProkopimKutim/D)