SANGATTA – Kepala Satuan Pemenuhan Pangan Bergizi (SPPG) APT Pranoto Dinand Perdana menegaskan aturan ketat dan disiplin dalam pengelolaan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kutai Timur. Menu MBG dilarang dibawa pulang dan harus dikonsumsi secepatnya untuk mencegah penurunan kualitas makanan yang bisa berisiko bagi kesehatan siswa.
“Hal ini penting untuk menghindari kontaminasi dan penurunan kualitas makanan, karena durasi ketahanan makanan maksimal hanya enam jam setelah proses masak. Jadi, paling lambat sebelum pukul 15.00 WITA makanan harus sudah dikonsumsi di sekolah,” kata dia pada peluncuran Satuan Pemenuhan Pangan Bergizi (SPPG) APT Pranoto yang diresmikan Wakil Bupati Kutim Mahyunadi, beberapa waktu lalu.
SPPG APT Pranoto menjadi pilot project pelayanan MBG di Kecamatan Sangatta Utara. Sebanyak 1.812 siswa di empat sekolah, termasuk TK Starkid dan SD Star Generation, menjadi penerima manfaat. Program ini tidak sekadar memastikan anak-anak mendapatkan makanan gratis, tetapi juga menjamin kualitas dan kandungan gizi seimbang yang menunjang tumbuh kembang mereka.
Wakil Bupati Mahyunadi menegaskan pemerintah daerah berkomitmen penuh terhadap aspek higienitas dan kualitas nutrisi dalam setiap menu yang disajikan.
“Setelah melakukan room tour di SPPG APT Pranoto kami melihat bahwa mereka telah menerapkan prosedur yang ketat dan transparan dari hulu ke hilir sampai ke siswa,” ujarnya.
Mahyunadi menjelaskan, program MBG dirancang bukan hanya untuk mengenyangkan perut tetapi juga menumbuhkan kualitas generasi muda dengan gizi seimbang. Program makan bergizi ini bukan hanya soal menyediakan makanan, tapi juga soal menanamkan masa depan. Dengan tambahan gizi lengkap, berupa karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
“Kita ingin anak-anak Kutim tumbuh sehat, kuat, dan cerdas. Inilah fondasi penting untuk melahirkan generasi emas yang siap bersaing di masa depan. Program MBG ini harus dibarengi dengan evaluasi secara berkala untuk mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan siswa,” tegasnya. (ADV/ProkopimKutim/D)