Rendahnya Kesadaran Partisipasi PPID Jadi Tantangan Pemkab Kutim

diadmin
444 Views
2 Min Read

SANGATTA – Rapat Koordinasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) se-Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengungkap mengenai permasalahan masih rendahnya kesadaran perangkat daerah, kecamatan dan desa dalam mengisi kuesioner layanan informasi publik. Kondisi ini dinilai Pemkab Kutim sebagai tantangan besar dalam membangun budaya transparansi di lingkungan pemerintahan.

Dari 35 perangkat daerah, tercatat 11 yang belum mengisi kuesioner penilaian PPID. Dari 18 kecamatan, baru 10 yang berpartisipasi, dan dari 139 desa, hanya 4 yang merespons.

Wakil Bupati Kutim Mahyunadi mengingatkan bahwa keterbukaan informasi bukan sekadar pemenuhan aturan, melainkan bagian dari upaya membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pandangan itu diperkuat oleh Ketua Komisi Informasi Publik (KIP) Kaltim, Imran Duse, yang menegaskan pentingnya sikap terbuka dalam pelayanan publik.

“Mari bangun kepercayaan publik melalui keterbukaan informasi,” serunya mewakili Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman saat membuka rakor PPID sekaligus penyerahan PPID Award 2025 tingkat Kabupaten Kutim di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) M. Faisal yang turut hadir dalam acara tersebut berpesan jika keterbukaan informasi publik sudah menjadi keniscayaan di tengah perkembangan teknologi digital dan meningkatnya literasi warga.

“Semakin informasi ditutup-tutupi, masyarakat justru makin penasaran dan mencari tahu dari berbagai sumber. Warganet sekarang sudah canggih. Mereka bisa langsung mengajukan pengaduan jika informasi diabaikan. Jangan viral dulu, baru bertindak. Rangkul mereka, beri pemahaman, dan sampaikan dengan baik,” ujarnya mengingatkan.

Ia mencontohkan, di banyak negara, aksi massa kerap dipicu oleh kesenjangan informasi antara pemerintah dan rakyat.

“Di Nepal, Filipina, Prancis, bahkan Italia, keresahan publik muncul karena warga merasa tak diberi ruang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini pelajaran penting: menutup informasi justru berisiko menimbulkan kegelisahan,” tegas Faisal.  (ADV/ProkopimKutim/D)

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *