
Sangatta – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim) menekankan pentingnya memprioritaskan anggaran untuk memperbaiki sekolah-sekolah rusak, terutama di wilayah terpencil. Hal ini disampaikan oleh H. Shabaruddin, legislator dari Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), yang prihatin atas masih banyaknya fasilitas pendidikan dalam kondisi memprihatinkan.
Menurutnya, meski alokasi anggaran pendidikan di Kutim sudah memenuhi ketentuan 20 persen dari APBD, namun persoalan sarana dan prasarana belum tertangani secara optimal. “APBD kita sudah memenuhi 20 persen untuk pendidikan. Tapi faktanya, masih banyak ruang kelas yang rusak, bahkan ada sekolah yang tidak memiliki WC,” ujarnya.
Hasil pemantauan selama reses menunjukkan kondisi lapangan yang cukup parah. Beberapa sekolah mengalami kerusakan berat pada atap, dinding, dan lantai, sehingga mengganggu proses belajar mengajar. “Terakhir saat reses September lalu, saya temukan sekolah dengan lantai jebol dan ruang kelas nyaris roboh,” ungkapnya.
Politisi kelahiran 10 Januari 1964 ini menegaskan, perbaikan sarana pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembahasan anggaran tahun depan. Ia menilai, tanpa fasilitas yang layak, mustahil menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas bagi para pelajar di Kutim.
Selain infrastruktur fisik, ia juga menyoroti sulitnya akses bagi siswa di pedesaan yang harus menempuh jarak jauh menuju sekolah. “Pendidikan yang merata butuh dukungan fasilitas dan akses yang memadai,” katanya.
DPRD Kutim, lanjutnya, akan terus mendorong pemerintah daerah agar segera mengambil langkah konkret memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak. Dengan komitmen bersama antara legislatif dan eksekutif, ia berharap pemerataan kualitas pendidikan dapat segera terwujud di seluruh pelosok Kutim. (ADV)